Search

Laba BRI Tembus Rp23,5 Triliun per September 2018

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan pertumbuhan laba bersih ditopang oleh pendapatan operasional yang berasal dari pendapatan bunga dan non bunga (fee based income) mencapai Rp16,2 triliun atau tumbuh 18,4 persen dari Rp13,7 triliun.

"Hal ini karena perusahaan terus melakukan digitalisasi melalui produk dan layanan, sehingga fee based income tumbuh 18,4 persen," ucap Haru di kantornya, Rabu (24/10).

Lebih lanjut, pendapatan operasional berhasil meningkat karena penyaluran kredit naik 16,5 persen dari Rp694,2 triliun menjadi Rp808,9 triliun. Kontribusi terbesar penyaluran kredit masih berasal dari bisnis inti perbankan pelat merah ini, yaitu ke segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mencapai 76,9 persen dari total kredit.

Sementara penyaluran kredit ke UMKM tumbuh 16,5 persen menjadi Rp621,8 triliun. Sedangkan sisanya diberikan oleh segmen non UMKM dengan jumlah mencapai Rp187,1 triliun.

Rinciannya, kredit ke segmen mikro tumbuh 16,3 persen menjadi Rp266,6 triliun, konsumer meroket 17,6 persen menjadi Rp127,3 triliun, ritel dan menengah meningkat 16,3 persen menjadi Rp227,9 triliun, dan korporasi naik 16,5 persen menjadi Rp187,1 triliun.

Tak ketinggalan, bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga menyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tercatat, penyalurannya telah mencapai Rp69 triliun atau 86,6 persen dari target tahun ini Rp79,7 triliun. KUR tersebut diberikan ke 3,4 juta debitur di seluruh Indonesia.

Selain itu, Haru bilang, perolehan laba bersih bank juga tak lepas dari semakin ketatnya efisiensi atas operasional. Hal ini tercermin dari turunnya rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) perusahaan dari 73,2 persen pada kuartal II 2017 menjadi 70,6 persen pada kuartal II 2018. "Hal ini karena ada peningkatan efisiensi di tubuh perusahaan," imbuhnya.

Kendati perolehan laba dan penyaluran kredit 'tokcer', namun kinerja bank rupanya harus ternoda dengan penurunan kualitas kredit. Sebab, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross meningkat menjadi 2,5 persen dari 2,41 persen pada kuartal II 2018.

Direktur Corporate Banking BRI Kuswiyoto mengatakan peningkatan NPL dipicu oleh kredit yang diberikan bank ke segmen korporasi. Segmen ini, katanya, mendapat tekanan dari kondisi ekonomi global, yaitu kenaikan harga minyak mentah dunia.

"NPL korporasi meningkat karena ada perusahaan yang berelasi dengan sektor perminyakan, sehingga ini mempengaruhi kinerja perusahaannya," terangnya.

Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) bank tumbuh 13,3 persen dari Rp770,6 triliun menjadi Rp872,7 triliun. Aliran DPK itu berasal dari dana murah (Current Account and Savings Account/CASA) mencapai Rp492,7 triliun atau 56,5 persen dari jumlah DPK. Sedangkan dari non CASA, seperti deposito sebesar Rp380 triliun atau 43,5 persen dari total DPK.

Let's block ads! (Why?)

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181024204332-78-341208/laba-bri-tembus-rp235-triliun-per-september-2018

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Laba BRI Tembus Rp23,5 Triliun per September 2018"

Post a Comment

Powered by Blogger.