loading...
Sementara saat ini, luas areal tanam bawang putih nasional terus tergerus hingga tersisa sekitar 2.000 ha dengan produksi hanya 20.000 ton per tahun. Padahal, kebutuhan nasional lebih dari 500.000 ton setahun. Derasnya arus impor bawang putih, khususnya dari China, disebut sebagai penyebab turunnya produk lokal dari tahun ke tahun.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengakui, bawang putih lokal saat ini kalah kompetitif dibandingkan bawang putih impor asal China atau India. Prihasto menjelaskan, saat ini biaya pokok produksi petani bawang putih Indonesia masih di kisaran Rp11.000/kg. Sementara di China, biaya produksi hanya sekitar Rp5.000/kg dan di India bahkan hanya sekitar Rp2.000/kg.
"Tapi bukan berarti produk kita menjadi tidak kompetitif. Kita punya keunggulan komparatif spesifik, salah satunya aroma yang lebih kuat," ujar Prihasto dalam keterangan tertulis, Minggu (28/10/2018).
Kementan, tegas dia, sangat menyadari pentingnya aspek kompetitif ini dan terus mendorong agar biaya produksi bisa ditekan. Benih sebagai komponen biaya produksi terbesar menurutnya terus diupayakan ditekan harganya. Akhir 2017 lalu harga benih mencapai Rp60.000-70.000/kg. Sementara produktivitas rata-rata baru 8-9 ton per ha.
"Kalau kita bisa tekan harga benih menjadi Rp30.000 lalu produktivitas dinaikkan dari menjadi 10 ton/ha, maka biaya produksi bisa kita efisienkan menjadi hanya sekitar Rp7.000/kg. Dengan harga tersebut kita bisa lebih kompetitif nantinya," jelas Prihasto.
Prihasto mengatakan, kendala utama dalam upaya membangkitkan kembali bawang putih nasional adalah ketersediaan benih dan melatih serta memotivasi kembali petani yang sudah lama tidak menanam bawang putih lagi. Dari sisi ketersediaan lahan, tegas dia, Indonesia masih sangat potensial.
"Potensi sumberdaya lahan yang cocok untuk bawang putih sementara teridentifikasi lebih dari 725.000 ha yang tersebar di 51 Kabupaten. Untuk mencapai swasembada butuh areal 78.000 ha sampai tahun 2021," tuturnya.
Terkait kekurangan benih, Anton menyebut Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya percepatan penyediaan benih. Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah menerjunkan tim ke berbagai negara seperti China, Taiwan, India dan Mesir untuk mencari benih yang bisa ditanam di Indonesia. Selain mengoptimalkan produksi benih lokal, Kementan juga mengizinkan penggunaan benih impor asal Taiwan varietas GBL yang telah diuji cocok ditanam di Indonesia.
Prihasto juga mengajak perguruan tinggi dan lembaga penelitian pertanian untuk bisa menghasilkan teknologi budidaya bawang putih yang berdaya saing. "Nyatanya, hasil penanaman varietas Tawangmangu Baru (TMB) yang ditanam di Tawangmangu Karanganyar dengan perawatan intensif mampu menghasilkan bawang putih dengan produktivitas 26 ton/ha. Rata-rata di petani Tawangmangu bisa 16-18 ton/ha," kata dia.
(fjo)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kementan Dorong Peningkatan Daya Saing Bawang Putih Nasional"
Post a Comment