
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, impor BBM lebih mahal dibanding dengan minyak mentah. Lanjutnya, dengan adanya kilang maka impor BBM bisa diganti dengan impor minyak mentah karena bisa diolah di dalam negeri.
Di tahun 2017, Indonesia mengimpor minyak mentah sebanyak 360 ribu barrels oil per day (bopd) dan BBM 370 ribu bopd.
Arcandra menambahkan, biaya yang bisa ditekan sebesar US$ 10-US$ 13 per bopd. Biaya tersebut merupakan biaya pengolahan untuk menjadikan minyak mentah ke BBM.
"Dengan adanya kilang maka kita tidak impor BBM lagi tapi kita impor crude mentahnya, berapa beda harga minyak mentah dan BBM itu dinamakan cracking cost biaya untuk menjadikan crude menjadi BBM produk, biasanya sekitar US$ 11-12-13 per barel. Kalau sekarang WTI atau Brent US$ 70 maka per barel harga produk itu ditambah US$10-11-12 sekitar US$ 83-82 per barel itulah cracking cost yang bisa diefisiensikan kalau kilang dalam negeri," jelas dia.
Namun, dia mengatakan, kilang ini tidak menghilangkan impor dari minyak mentah.
"Tapi dari sisi crude tetap impor dengan adanya kilang, dengan ada kilang impor berkurang, iya, BBM-nya tapi crude tidak, karena kilang masih membutuhkan crude. Sehingga dihasilkan produk Pertalite, Pertamax dan turunan yang lain jadi ini neraca kita," tutupnya. (dna/dna)
https://finance.detik.com/energi/d-4204536/kenapa-ri-harus-bangun-kilang-minyak-arcandra-supaya-tak-impor-bbmBagikan Berita Ini
0 Response to "Kenapa RI Harus Bangun Kilang Minyak? Arcandra: Supaya Tak Impor BBM"
Post a Comment