Search

IDEAS: Kemiskinan Masih Tersebar Luas - Cendana News

Peneliti IDEAS, Siti Nur Rosifah pada diskusi hasil riset IDEAS bertajuk 'Ilusi Mobilitas Ekonomi dan Kapasilitas Tak Terbatas' di Jakarta, Selasa (14/1/2020). Foto: Sri Sugiarti

JAKARTA — Institute for Demographic and Proverty Studies (IDEAS) menilai orang miskin, kini semakin sulit untuk mengalami mobilitas vertikal dari kelas bawah menuju kelas menengah pada status pekerjaan dan pendapatan dalam siklus hidupnya. Ini membuktikan bahwa secara fakta kemiskinan di Indonesia masih tersebar luas.

Peneliti IDEAS, Siti Nur Rosifah, mengatakan, Indonesia mengalami pemulihan ekonomi yang stabil pada pasca krisis 1998. Seiring pertumbuhan ekonomi, angka kemiskinan ekonomi turun signifikan dalam dua dekade terakhir.

Yakni dari 24,2 persen pada 1998 menjadi hanya 9,8 persen pada 2018. Dalam waktu yang sama jumlah penduduk miskin turun dari 49,5 juta orang menjadi 25,9 juta orang. Ini menandakan dalam 20 tahun terakhir, tercatat puluhan juta orang miskin berhasil melakukan mobilitasi ekonomi atau keluar dari garis kemiskinan.

“Tapi faktanya, tidak seindah data. Secara empiris kemiskinan masih tersebar luas, dan terjadi secara persisten,” kata Siti pada diskusi hasil riset IDEAS bertajuk ‘Ilusi Mobilitas Ekonomi dan Kapasilitas Tak Terbatas’ di Jakarta, Selasa (14/1/2020).

Ini menurutnya, terlihat dari jumlah penerima program penanggulangan kemiskinan yang masif secara jelas. Pada 2019, jumlah penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH) mencapai 10 juta keluarga.

Penerima bantuan sosial pangan atau kartu sembako tercatat 15,6 juta keluarga. Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN atau Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 96,8 juta orang.

Kenyataan ini, menurutnya, secara jelas menunjukkan bahwa mobilitas ekonomi tidak semasif dan semudah yang diperkirakan. “Transisi dari miskin ke kelas menengah adalah proses yang sulit dan berliku. Jauh dari mudah bagi kelompok miskin untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi,” ujarnya.

Bahkan tambah dia, anak-anak dari keluarga miskin semakin sulit untuk menyamai terlebih status ekonomi dan sosial orang tuanya.

“Orang miskin hari ini menghadapi lingkungan yang semakin keras. Orang miskin hari ini adalah orang miskin kemarin dengan menanggung berbagai keterbelakangan yang kronis,” tukasnya.

Mereka sebut dia, menghadapi kekurangan sumber daya dan kesulitan yang terus berlipat yang persisten sejak usia dini hingga tua.

Mereka menanggung keterbelakangan ekonomi dan sosial yang diwariskan dari satu generasi ke generasi. Semakin merebaknya pekerjaan dengan upah rendah dan jebakan karir seumur hidup.

Ini membuat si miskin terus miskin, karena bekerja semata tidak mencukupi untuk lepas dari kemiskinan.

“Kerja keras sering tidak selaras dengan penghasilan yang wajar, mobilitas ekonomi semakin sulit,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh IDEAS dari Indonesia Family Life Survey (FLS) dalam rentang 21 tahun yakni 1993-2014. Ditemukan bukti empiris bahwa kelompok kaya jauh lebih mampu mempertahankan kesejahteaannya dibandingkan kemampuan mobilitas vertikal si miskin.

Dari 3.319 anak yang besar di keluarga tidak miskin pada 1993, sebanyak 96,6 persen, diantaranya mampu menjaga tingkat kesejahteraan dan tidak miskin pada 2014.

“Hanya 3,4 persen yang jatuh menjadi miskin. Si kaya memiliki peluang jauh lebih besar untuk mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dibandingkan si miskin,” jelasnya

Maka kata dia, IDEAS mencoba melakukan simulasi kenaikan garis kemiskinan dua kali lipat untuk memastikan bahwa kelompok miskin benar-benar telah sejahtera.

Terlihat jelas bahwa kelompok miskin jauh dari mudah bagi kelompok miskin untuk naik kelas sosial yang lebih tinggi.

Dengan standar kemiskinan yang lebih tinggi dari 2.120 anak yang besar di keluarga miskin pada 1993 hanya 57,8 persen. Di antaranya yang mampu naik kelas yang lebih tinggi pada 2014.

“Sedangkan 42,2 persen diantaranya tetap miskin,” imbuhnya.

Dengan standar kemiskinan yang lebih tinggi, dari 1.612 anak yang besar di keluarga tidak miskin pada 1993, hanya 80,7 yang mampu bertahan sebagai kelas menengah di 2014.

Kalau pandangan umum menilai keberhasilan ekonomi seseorang ditentukan oleh kecerdasan, keahlian kerja keras, dan keberanian mengambil resiko usaha.

Namun kenyataannya, kata Siti, kekayaan yang diwariskan keluarga, orang tua dan lingkungan keluarga, koneksi serta jaringan sosial memiliki pengaruh yang lebih kuat.

“Ditemukan bukti empiris bahwa warisan ekonomi, sosial dan kultural dari keluarga adalah signifikan bagi masa depan anak,” tutupnya.

Let's block ads! (Why?)

https://www.cendananews.com/2020/01/ideas-kemiskinan-masih-tersebar-luas.html

Bagikan Berita Ini

0 Response to "IDEAS: Kemiskinan Masih Tersebar Luas - Cendana News"

Post a Comment

Powered by Blogger.