Harga bawang putih yang terus meroket hingga mendekati Rp100 ribu per kilo, membuat petani bawang di Kampung Cigadog, Kecamatan Sucinaraja, Garut, Jawa Barat, kembali melirik tanaman dengan nama latin Allium sativum L ini.
"Kalau dulu suka dikasih ke warga sekitar (karena bawang putih dianggap gagal panen)," ujar Dindin (56), seorang petani bawang, saat penanaman perdana bawang putih di kawasan itu, Jumat (10/5/2019).
Menurut Dindin, penanaman bawang putih bukan hal baru bagi petani kampung Cigadog. Mereka selalu menanam komoditas itu, namun karena hanya tumbuh sempurna dengan biji buah bawang yang tunggal, akhirnya ditinggalkan petani sekitar.
Bahkan awalnya petani menilai penanaman bawang tersebut gagal, lantaran mereka menduga bawang putih bisa berbuah dengan biji yang banyak, layaknya bawang merah.
"Bawang putih biji tunggal selalu dianggap gagal karena tumbuhnya tidak sempurna," ujar dia mengenang.
Minimnya informasi soal pasar dan harga bawang putih biji buah tunggal, membuat mereka enggan menanamnya lagi.
Namun itu dulu, kini seiring membaiknya harga bawang putih, terutama buah tunggal yang harga jualnya lebih tinggi hingga Rp15 ribu per biji.
"Baru tahu belakangan ini kalau bawang putih tunggal lebih mahal. Biasanya kebanyakan petani di sini (kampung Cigadog) menanam bawang merah," kata dia.
Untuk tahap awal, dengan dukungan pemerintah Garut, warga di desa itu telah mengalokasikan lahan pertanian hingga 40 hektar. Dengan upaya itu, diharapkan meroketnya harga bawang putih, bisa memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani sekitar.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3965092/pemerintah-kembali-buka-impor-125-ribu-ton-bawang-putihBagikan Berita Ini
0 Response to "Pemerintah Kembali Buka Impor 125 Ribu Ton Bawang Putih"
Post a Comment