KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu inisiatif PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dalam mendorong elektronifikasi efek dan pencatatan efek tanpa skrip atau scripless terus digalakkan. Hanya saja, program ini masih terhalang beberapa ketentuan yang sulit untuk menjadi efek 100% scripless.
Alec Syafruddin, Direktur KSEI mengatakan, pihaknya tengah mengkaji dematrialisasi agar semua efek nantinya akan tercatat secara elektronik namun ada ketentuan lain seperti saham pemerintah yang tidak bisa menjadi scripless.
“Kami juga sedang memetakan kendalanya apa saja, karena bisa saja mereka tidak meletakan efek dalam bentuk skrip di safe deposit box, kami sosialisasikan keuntungan scripless,” ujar Alec kepada Kontan, Rabu (20/3).
Selain itu saat ini agar sebuah efek bisa ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus terdaftar di KSEI dan scripless. Jadi sebenarnya dari keseluruhan kapitalisasi pasar yang sebesar Rp 7.394 triliun, hanya sekitar Rp 5.500 triliun yang sudah scripless dan bisa ditransaksikan di BEI.
Menurutnya sebagai gambaran ada sekitar Rp 2.000 triliun aset yang masih berbentuk skrip. “Jadi tidak semua efek itu tradeable dan akan mahal jika efek skrip harus di konversi dahulu dan untuk menarik efek tersebut perlu biaya sehingga tidak efisien jika belum scripless,” ujar Alec.
Dengan ini pun diharapkan dapat membantu pengkinian data dan juga penekanan atas nilai aset tidak bertuan atau unclaimed aset.
Editor: Yudho Winarto
Editor: Yudho Winarto
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Temui sejumlah kendala, ini langkah KSEI mendorong ke scripless trading"
Post a Comment