KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski menjelang pemilu dan pertumbuhan proyek konstruksi melambat, analis menilai saham PT Pembangunan Perumahan (PTPP) menarik karena kinerja sepanjang tahun lalu tumbuh sesuai ekspektasi.
Berdasarkan laporan keuangan sepanjang tahun lalu, pendapatan PTPP, anggota indeks Kompas100 ini tumbuh 16,8% year on year (yoy) menjadi Rp 25,12 triliun. Sementara, laba bersih juga tumbuh 3,4% yoy menjadi Rp 1,5 triliun.
Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan menilai kinerja PTPP di sepanjang tahun lalu mencerminkan 95,95% dari estimasinya. Menurutnya, pertumbuhan kinerja tersebut memang didukung dari bisnis unit usaha PT PP Properti (PPRO) dan PT PP Presisi (PPRE) yang perolehan pendapatan dan labanya juga bertumbuh.
Tercatat, PPRO memperoleh laba bersih di sepanjang tahun lalu sebesar Rp 471,25 miliar atau naik 6% dari tahun sebelumnya. Namun, pendapatan PPRO tercatat turun 5,5% menjadi Rp 2,55 triliun pada akhir 2018 dari posisi Rp 2,7 triliun pada 2017.
Kompak, PPRE juga catatkan kenaikan pendapatan 68,01% yoy di sepanjang tahun lalu dan menjadi Rp 3,05 triliun. Sementara, laba bersihPPRE naik 73,35% yoy menjadi 326,42 miliar.
Namun, Rudy mengingatkan tahun ini menjadi tahun yang penuh tantangan bagi PTPP. "PTPP berpotensi terkena dampak negatif dari kontrak-kontrak baru perusahaan konstruksi yang masih memiliki kecenderungan melambat jelang Pemilu," kata Rudy, Rabu (20/3).
Di tahun politik, Rudy memandang para pengusaha konstruksi cenderung wait and see menunggu konsolidasi pemerintah baru yang nanti akan menjabat.
Selain itu, PTPP juga masih dalam tahap rotasi proses holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut Rudy, hal ini bisa menimbulkan peralihan dalam internal bisnis PTPP.
Meski begitu, Rudy masih melihat saham PTPP menarik untuk dibeli dengan target harga di akhir tahun Rp 2.490 karena pendapatan dan laba di tahun ini masih bisa tumbuh.
"Kinerja tumbuh didasari pada pembayaran-pembayaran yang masih akan diterima dan kinerja unit usaha yang juga tetap menarik di tahun ini," kata Rudy.
Sampai akhir tahun, Rudy memproyeksikan topline PTPP tumbuh 21% yoy dan bottom line tumbuh 28% yoy.
Andreas Saragih Analis Kresna Securities juga tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk PTPP di target harga Rp 2.760 per saham dan menilai kinerja PTPP di sepanjang tahun lalu sesuai dengan estimasinya.
Membaiknya kinerja PTPP sepanjang tahun lalu menurut Andreas karena didukung oleh kinerja di kuartal IV yang melonjak. Pendapatapan di kuartal IV 2018 naik 95,7% secara quater to quater (qoq) atau 33,5% yoy. "Pendapatan tersebut tertinggi sejak 2015," kata Andreas dalam riset 15 Maret 2019.
Lini bisnis yang mendukung adalah konstruksi dan EPC yang tumbuh masing-masing 18% yoy dan 25,3% yoy. Lini bisnis kontruksi masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan PTPP. Namun, EPC menggantikan kontribusi properti.
Namun di kuartal IV 2018 biaya operasi PTPP meningkat 11,9% yoy menjadi Rp 317 miliar. Akibatnya, biaya operasional terhadap pendapatan mencapai level tertinggi sejak empat tahun lalu di 3,7% dari kisaran normal di 2,9%-3,4%.
Andreas berpendapatan biaya operasional naik karena ada kenaikan gaji karyawan dan direksi. Selain itu, ada pula lonjakan beban penyusutan dan amortisasi sebesar Rp 36,7 miliar menjadi Rp 103,2 miliar karena aksi akuisisi tiga perusahaan di sepanjang tahun lalu, yaitu Odira Energi Karang Agung, Grahaprima Realtindo dan Limasland Realty Cilegon.
Meski, begitu dengan pendapatan dan laba perusahaan yang masih tumbuh, Andreas masih merekomendasikan beli saham PTPP.
Editor: Herlina Kartika
Editor: Herlina Kartika
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menilik prospek saham PT Pembangunan Perumahan (PTPP) di tahun pemilu"
Post a Comment